cintai dan kenali budaya negeri mu
Saya jauh lebih dulu mengenal kesenian Wayang Kulit dibanding Wayang Orang, saya masih ingat Bapak pernah mengajak saya menonton Wayang Kulit yang ditanggap oleh tetangga saya yang melangsungkan pernikahan. Saya tidak paham bahasanya sama sekali, hanya berpegang kepada cerita Bapak saja, belum lagi saya tertidur di tengah acara :D.
Pertama kali mengenal Wayang Orang lebih jauh saat berkunjung ke kampung halaman Ibu di Solo, yang nota bene memang seperti rumahnya kesenian ini. Bude (kakak Ibu) asyik menceritakan kenangannya saat menonton Wayang Orang di Sri Wedari, mencuri intip di gedung tersebut. Dari Bude saya juga, saya tahu tentang sebuah Gedung di bilangan Senen yang rutin mengadakan pertunjukan Wayang Orang. Dan setelah hampir 29 tahun, saya baru punya kesempatan untuk menyaksikan Wayang Orang dan saya merasa itu belum terlambat 🙂
Setelah menyaksikan beberapa kali pertunjukan wayang orang modern, dan saya merasa kurang puas dan kurang dapat gregetnya karena merasa “seperti ke luar jalur” akhirnya saya menantang diri saya untuk menonton wayang orang “yang sebenarnya”. Gayung pun bersambut, teman nonton saya Harun, Mbak Uci, Mas Eko serta Jati langsung meng”iya”kan. Setelah gerilya informasi, kami pun memutuskan untuk menonton sebuah pagelaran khusus Wayang Orang oleh WO Bharata dalam menyambut Hari Kartini yaitu Wayang Kakung. Wayang Kakung adalah sebuah pagelaran wayang orang di mana semua peran perempuan dimainkan oleh penari pria.
Lakon yang dibawakan kali ini adalah kisah mengenai “Bambang Pramusinto”. Bambang Pramusinto seorang ksatria yang dijebak oleh Rajanya sendiri, Prabu Tegolelono yang diam-diam mencintai Dewi Nawangwulan, istri dari Bambang Pramusinto. Prabu Tegolelono memfitnah Bambang dengan Arjuna sehingga mengakibatkan terjadinya perperangan antara mereka. Dewi Tegowati yang sejak awal menentang keinginan dari Prabu Tegolelono, berusaha memberitahu Arjuna kalau sedang dijebak. Di akhir cerita ketahuan kalau ternyata Bambang adalah keponakan dari Arjuna yaitu putra dari Nakula.
Acaranya sendiri dimulai sekitar pukul 20.30 wib dengan durasi kurang lebih 4 jam, dibuka dengan Tari Kebyar sebuah tari kreasi modern yang ditujukan untuk mengangkat suasana dan emosi penonton. Kalau Anda tidak paham dengan bahasa Jawa yang notabene digunakan oleh seluruh pemain Wayang Orang ini, tidak perlu kuatir karena terdapat layar yang memuat teks berjalan yang merupakan sinopsis dari setiap babak yang dipertontonkan. Banyak pemain Wayang Orang kawakan yang terlibat dalam pertunjukan kali ini, salah satunya adalah Wasi Bantolo seorang sutradara dan koreografer yang memerankan tokoh Srikandi.
Saya sempat takjub dengan penonton yang beragam yang menikmati pagelaran ini, tidak sedikit orang tua yang serta merta membawa anak-anaknya yang masih kecil. Awalnya saya sedikit terganggu dengan ocehan mereka. Dengan sabar, orang tua yang kebetulan duduk di belakang saya menerangkan kepada anaknya setiap tokoh yang muncul. Hingga akhirnya saya sadar bahwa anak-anak ini lah yang akan memberikan nafas kepada pemain Wayang Orang untuk terus berkarya.
Sebenarnya saat menyaksikan pertunjukkan ini saya menanti adegan peperangan yang lama dan banyak, karena disitulah penampilan paling keren menurut saya. Adegan peperangan yang divisualisasikan lewat tarian, selalu memukau saya. Jadi, kemarin sempat kecewa juga kalau adegan perangnya terlalu sedikit hehehe. Setidaknya saya terpukau dengan tata rias yang cantik, kostum yang menarik dan tarian yang indah.
Paguyuban Wayang Orang Bharata sudah berdiri sejak tahun 1972 dan dikelola secara turun temurun, rasa cinta mereka yang membuat kesenian ini tetap bertahan di tengah arus budaya modern. Sebuah bentuk pengabdian tulus dari anak Bangsa untuk melestarikan kesenian Wayang Orang.
Blog Post tematik bareng Harun
::just an ordinary me::
April 27, 2012 at 9:58 am
[…] Post Tematik bareng Echa. Share this:TwitterFacebookTumblrLike this:Like4 bloggers like this post. Categories: […]
April 27, 2012 at 3:19 pm
Mbak kenapa menggunakan foto orang lain, kan sdh nonton? Jadi pengen tahu, emang gak boleh ngambil foto saat pertunjukan ya? Soalnya pengen juga nonton dan biasanya saya kemana-mana bawa camera saku 🙂
April 27, 2012 at 5:31 pm
Boleh kokkkkkk, sangat boleh asal jangan pakai flash. Saya pakai foto orang lain karena di kamera saya tidak bagus hasilnya, banyak yang blur Hahahaha Kasihan nanti yang lihat bisa sakit mata, maklum tukang poto-nya gadungan hehehe
Malah bisa sambil makan lhooo nontonnya, seru khan 🙂
June 16, 2012 at 12:24 am
saya sebulan sekali nonton ke sana. biasanya WO Bharata punya jadwal judul triwulanan…monggo ditanyakan ke Pak Yunus.
June 20, 2012 at 12:21 pm
Salam kenal Mas Eko. Iya saya sudah follow mereka di twitter dan fb nya agar tidak ketinggalan informasi jadwalnya. Saya sempatkan nonton apabila lakonnya menurut saya seru 🙂